ANATOMI
DAN FISIOLOGI LARING
saat embrio berusia 3,5 minggu suatu alur yang disebut
laringotrakeal groove tumbuh
dalam embrio pada bagian ventral foregut. Alur ini terletak
disebelah posterior dari
eminensia hipobronkial dan terletak lebih dekat dengan
lengkung ke IV daripada
lengkung ke III.
Selama masa
pertumbuhan embrional ketika tuba yang single ini menjadi dua
struktur, tuba yang asli mula-mula mengalami obliterasi
dengan proliferasi lapisan
epitel, kemudian epitel diresopsi, tuba kedua dibentuk dan
tuba pertama mengalami
rekanulisasi. Berbagai malformasi dapat terjadi pada kedua
tuba ini, misalnya fistula
trakeoesofageal. Pada maturasi lanjut, kedua tuba ini
terpisah menjadi esofagus dan
bagian laringotrakeal.
Pembukaan
laringotrakeal ini adalah aditus laringeus primitif dan terletak
diantara lengkung IV dan V. Aditus laring pada perkembangan
pertama berbentuk
celah vertikal yang kemudian menjadi berbentuk T dengan
tumbuhnya hipobrachial
eminence yang tampak pada minggu ke 3 dan kemudian akan
tumbuh menjadi
epiglottis. Sepasang aritenoid yang tampak pada minggu ke 5
dan pada
perkembangan selanjutnya sepasang massa aritenoid ini akan
membentuk tonjolan
yang kemudian akan menjadi kartilago kuneiforme dan
kartilago kornikulata. Kedua
aritenoid ini dipisahkan oleh incisura interaritenoid yang
kemudian berobliterasi.
Ketika ketiga organ ini tumbuh selama minggu ke 5 – 10,
lumen laring mengalami
obliterasi, baru pada minggu ke 9 kembali terbentuk lumen
yang berbentuk oval.
Kegagalan pembentukan lumen ini akan menyebabkan atresia
atau stenosis laring.
Plika vokalis sejati dan plika vokalis palsu terbentuk
antara minggu ke 8 – 9.
Otot-otot laring pada
mulanya muncul sebagai suatu sfingter intrinsik yang sfingter ini terpisah
menjadi massa otot-otot tersendiri (mudigah 13 – 16 mm). Otototot laring
pertama yang dikenal adalah interaritenoid, ariepiglotika, krikoaritenoid
posterior dan krikotiroid. Otot-otot laring intrinsik
berasal dari mesoderm lengkung
brakial ke 6 dan dipersarafi oleh N. Rekuren Laringeus. M.
Krikotiroid berasal dari
mesoderm lengkung brakial ke 4 dan dipersarafi oleh N.
Laringeus Superior.
Kumpulan otot ekstrinsik berasal dari eminensia epikardial
dan dipersarafi oleh N.
Hipoglosus.
Tulang hyoid akan mengalami penulangan pada enam tempat,
dimulai pada
saat lahir dan lengkap setelah 2 tahun. Katilago tiroid akan
mulai mengalami
penulangan pada usia 20 sampai 23 tahun, mulai pada tepi
inferior. Kartilago krikoid
mulai usia 25 sampai 30 tahun inkomplit, begitu pula dengan
aritenoid
ANATOMI LARING
Laring adalah bagian
dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan
terletak setinggi vertebra
cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita
letaknya relatif lebih tinggi.
Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang
menelan makanan.
Lokasi laring dapat
ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana
didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih
menonjol kedepan dan
disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple
atau jakun.
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus
Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk
oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah
posterior dipisahkan dari
vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan
cavum laringofaring serta
disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan
kulit. Sedangkan di
sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot
sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus
kelenjar tiroid.
Laring berbentuk
piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago
tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah
bawahnya. Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini
merupakan tempat
melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami
osifikasi sempurna pada
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago,
ligamentum dan
otot-otot.
Kartilago laring
terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :
Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
2. Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini,
2 buah
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Kartilago Epiglotis, 1 buahKartilago
Tiroidea
Merupakan suatu kartilago hyalin yang
membentuk dinding anterior dan
lateral laring, dan merupakan kartilago
yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala
tiroidea) berbentuk seperti perisai yang
terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di
bagian depan dan membentuk sudut sehingga
menonjol ke depan disebut Adam’s
apple.
Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90
derajat dan pada wanita 120 derajat.
Diatasnya terdapat lekukan yang disebut
thyroid notch atau incisura tiroidea, dimana
di belakang atas membentuk kornu superior
yang dihubungkan dengan os hyoid oleh
ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan
di bagian bawah membentuk kornu inferior
yang berhubungan dengan permukaan
posterolateral dari kartilago krikoidea dan
membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan
kartilago tiroidea dapat terangkat ke
atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroidea
terdapat bagian dalam laring, yaitu :
pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,
kartilago aritenoidea, kuneiforme serta
kornikulata.
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang
tebal dan terdapat suatu alur yang
berjalan oblik dari bawah kornu superior
ke tuberkulum inferior. Alur ini merupakan
tempat perlekatan muskulus
sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus dan
muskulus konstriktor faringeus inferior.
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan
antara incisura tiroidea dan tepi
bawah kartilago tiroidea perikondriumnya
tipis, merupakan tempat perlekatan tendo
komisura anterior. Sedangkan tangkai
epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh
ligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini
mengalami osifikasi pada umur 20 – 30
tahun.
Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari
dinding laring. Merupakan
lkartilago hialin yang berbentuk cincin
stempel (signet ring) dengan bagian alsanya
terdabagian posterior. Kartilago ini
berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya
dengan kornu inferior melalui membrana
krikoidea (konus elastikus) dan melalui
artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah
bawah melekat dengan cincin trakea I melalui
ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan
darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau
koniotomi pada konus elastikus.
Kartilago krikoidea pada dewasa terletak
setinggi vertebra servikalis VI – VII
dan pada anak-anak setinggi vertebra
servikalis III – IV. Kartilago ini mengalami
osifikasi setelah kartilago tiroidea. pat
di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit darpada bagian
posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya
dengan kornu inferior melalui membrana
krikoidea (konus elastikus) dan melalui
artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah
bawah melekat dengan cincin trakea I melalui
ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan
darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau
koniotomi pada konus elastikus.
Kartilago krikoidea pada dewasa terletak
setinggi vertebra servikalis VI – VII
dan pada anak-anak setinggi vertebra
servikalis III – IV. Kartilago ini mengalami
osifikasi setelah kartilago
tiroideaKartilago Aritenoidea
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin
yang terdiri dari sepasang
kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan
basis berartikulasi dengan kartilago
krikoidea, sehingga memungkinkan
pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi.
Dasar dari piramid ini membentuk 2
tonjolan yaitu prosesus muskularis yang
merupakan tempat melekatnya m.
krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan
di bagian anterior terdapat prosesus
vokalis tempat melekatnya ujung posterior pita
suara. Pinggir posterosuperior dari konus
elastikus melekat ke prosesus vokalis.
Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap
prosesus vokalis dan berinsersi pada garis
tengah kartilago tiroidea membentuk tiga
per lima bagaian membranosa atau
vibratorius pada pita suara. Tepi dan
permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah
dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior
pita suara melekat pada prosesus vokalis dari
aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat
menyebabkan terbuka dan tertutupnya
glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade
ke 3 kehidupan.
Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet
pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya
disebut petiolus dan dihubungkan oleh ligamentum tiroepiglotika ke kartilago
tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan
bagian atas menjulur di belakang korpus
hyoid ke dalam lumen faring sehingga
membatasi basis lidah dan laring.
Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai
pembatas yang mendorong makanan ke
sebelah menyebelah laring. 4,5
Kartilago Kornikulata
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga
kartilago Santorini dan
merupakan kartilago kecil di atas
aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.4
Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg
dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalamLIGAMENTUM DAN
MEMBRANA
Ligamentum dan membran laring terbagi
atas 2 grup, yaitu
1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :
Membran tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis Ligamentum krikotrakeal
plika ariepiglotika.
Membrana Tirohioidea
Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago
tiroidea dengan tepi atas
belakang os hioidea yang pada bagian
medial dan lateralnya mengalami penebalan
membentuk ligamentum tirohioideus lateral
dan medial. Membrana ini ditembus oleh
a. laringeus superior cabang interna n.
laringeus superior dan pembuluh limfe.
Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus).
Terdapat di bawah mukosa pada permukaan bawah
pita suara sejati, berjalan
ke atas dan medial dari lengkungan
kartilago krikoid untuk bersambung dengan
kedua ligamenta vokalis yang merupakan
jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi
atas arkus kartilago krikoid. Di sebelah
anterior melekat pada pinggir bawah kartilago
tiroid dan menebal membentuk ligamentuk
krikoidea medialis yang juga melekat
pada tuberkulum vokalis. Di sebelah
posterior konus menyebar dari kartilago krikoid
ke prosesus kartilago aritenoid (vokalis). Pinggir bebas
menebal membentuk
ligamentum vokalis.
Membrana Kuadrangularis.
Merupakan bagian atas
dari jaringan ikat longgar elastis laring, membentang
dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan
kartilago kornikulata, di bagian
inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk
plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan
sinus piriformis Morgagni.
Otot–otot laring
terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot
ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing
mempunyai fungsi yang
berbeda.
Otot-otot ekstrinsik.
Otot-otot ini
menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok
otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan.
Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
- M. Stilohioideus - M. Milohioideus
- M. Geniohioideus - M. Digastrikus
- M. Genioglosus - M. Hioglosus
2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
- M. Omohioideus
- M. Sternokleidomastoideus
- M. Tirohioideus
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi
C2 dan C3 dan
penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan
suara (fonasi). Muskulus
konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan
melekat pada linea
oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini penting pada
proses deglutisi.
Otot-otot intrinsik
Menghubungkan
kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi
menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama
untuk membentuk suara
dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan
kecuali m. interaritenoideus
yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot
ini dalam proses
pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m.
interaritenoideus
berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah
sehingga menyebabkan
adduksi pita suara
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :
Mm. Interaritenoideus transversal dan
oblik
M. Krikotiroideus
M. Krikotiroideus lateral
Berfungsi untuk
menutup pita suara.
2. Otot-otot abduktor :
M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk
membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :
Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus
dan M. Vokalis
Tensor Eksternus : M.
Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang
tua, m. tensor
internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara
melengkung ke lateral
mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
PERSENDIAN
Artikulasio Krikotiroidea
Merupakan sendi
antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan bagian
posterior kartilago krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3
(tiga) ligamenta, yaitu :
ligamentum krikotiroidea anterior, posterior, dan inferior.
Sendi ini berfungsi untuk
pergerakan rotasi pada bidang tiroidea, oleh karena itu
kerusakan atau fiksasi sendi
ini akan mengurangi efek m. krikotiroidea yaitu untuk
menegangkan pita suara.
Artikulasio Krikoaritenoidea.
Merupakan persendian
antara fasies artikulasio krikoaritenoidea dengan tepi
posterior cincin krikoidea. Letaknya di sebelah kraniomedial
artikulasio krikotiroidea
dan mempunyai fasies artikulasio yang mirip dengan kulit
silinder, yang sumbunya
mengarah dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta
menyebabkan gerakan
menggeser yang sama arahnya dengan sumbu tersebut.
Pergerakan sendi tersebut
penting dalam perubahan suara dari nada rendah menjadi nada
tingg
ANATOMI
LARING BAGIAN DALAM
Cavum laring dapat
dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Supraglotis (vestibulum superior),
yaitu ruangan
diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.
2. Glotis (pars media),
yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan
pita suara sejati serta
membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
3. Infraglotis (pars inferior),
yaitu ruangan
diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.
Beberapa bagian penting dari dalam laring :
Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam
laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago
kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus.
Rima Vestibuli.
Merupakan celah antara pita suara palsu.
Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di
belakang antara prosesus
vokalis dan basis kartilago aritenoidea.4
Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis
lidah, dibentuk
oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.4
Plika Ariepiglotika
Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang
berjalan dari kartilago
epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago
kornikulata.
Sinus Pyriformis (Hipofaring)
Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam
kartilago tiroidea.4
Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum
kanan dan kiri. 4
Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana
kuadringularis, kartilago
aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago
aritenoidea dan m.interaritenoidea.4
Plika Ventrikularis (pita suara palsu)
Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan
kartilago
aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa,
merupakan dua lipatan
tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di
tengahnya.
Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)
Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat
ujung anterior dari
ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas
diantara pita suara palsu
dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel
berlapis semu bersilia dengan
beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan
pita suara sejati,
disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.
Plika Vokalis (pita suara sejati)
Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian
dibentuk oleh
ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous
portion, dan dua per lima
belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago
aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion.
PERSARAFAN
Laring dipersarafi
oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan
Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan
kanan.6
1. Nn. Laringeus Superior.
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum,
melengkung ke
depan dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna
yang kemudian akan
bercabang dua, yaitu :
Cabang Interna ; bersifat sensoris,
mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara
sejati.
Cabang Eksterna ; bersifat
motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus,
mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri
mempunyai perjalanan yang
panjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia
dan berjalan
membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan
esofagus, selanjutnya akan
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea
dan memberikan
persarafan :
Sensoris, mempersarafi daerah sub
glotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring
kecuali M. Krikotiroidea
VASKULARISASI
Laring mendapat
perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior
sebagai A. Laringeus Superior dan Inferior.
Arteri Laringeus Superior
Berjalan bersama ramus
interna N. Laringeus Superior menembus membrana
tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar
sinus pyriformis.
Arteri Laringeus Inferior
Berjalan bersama N.
Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area
Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M.
Konstriktor Faringeus Inferior
di dalam laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior
dan memperdarahi otototot dan mukosa laring. Darah vena dialirkan melalui V.
Laringeus Superior dan Inferior ke V. Tiroidea
Superior dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V.
Jugularis Interna.
SISTEM LIMFATIK
Laring mempunyai 3
(tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :
1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe
berkumpul membentuk
saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar
limfe cervical
superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
middle jugular
node.
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan
sistem limfe trakea,
middle jugular node, dan inferior jugular node.
3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem
tersebut dan sistem
limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan
metastase
karsinoma laring dan menentukan terapinya.
HISTOLOGI LARING
Mukosa laring
dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng tak bertanduk. Diantara
sel-sel bersilia terdapat sel goblet.
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah
pita suara. Pada
daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal
membentuk ligamentum
tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan
dibawahnya oleh
jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.4
Kartilago
kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin.
Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa
laring berwarna merah
muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.
FISIOLOGI
LARING
Laring mempunyai 3
(tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada
uraian berikut : 7
1. Fungsi Fonasi.
Pembentukan suara
merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan
dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring
diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan
hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot
intrinsik laring berperan
penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujungujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang
mengemukakan
bagaimana suara terbentuk :
Teori Myoelastik – Aerodinamik
Selama ekspirasi
aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut,
otot-otot laring akan
memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi)
dan menegangkan
plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan
dan tekanan pasif dari
proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang
subglotis meningkat, dan
mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah
glotis terbuka. Plika
vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior.
Secara otomatis bagian
posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan
yang pertama kali pula
kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi
pelepasan udara, tekanan
udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan
kembali ke posisi saling
mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi
kekuatan aerodinamik).
Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara yang
melewati celah sempit
menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek
Bernoulli). Plika vokalis akan
kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara
ruang subglotis meningkat
dan proses seperti di atas akan terulang kembali.
Teori Neuromuskular.
Teori ini sampai
sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari
getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem
saraf pusat melalui N.
Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori
ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi
getaran plika vokalis.
Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa
teori ini tidaklah benar
(suara masih bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis
plika vokalis bilateral).
2. Fungsi Proteksi
Benda asing tidak dapat
masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada
waktu menelan, pernafasan
berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor
yang ada pada epiglotis,
plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah
interaritenoid melalui serabut
afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter
dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah
proksimal laring tertutup
oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi
Pada waktu inspirasi
diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga
kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima
glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan
rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan
laring secara reflektoris,
sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan
menghambat pembukaan
laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi
pita suara.
4. Fungsi Sirkulasi
Pembukaan dan
penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.
Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi,
kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dari laring. Reseptor dari
reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta.
Impuls dikirim melalui N.
Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus
Superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi
penurunan denyut jantung.
5. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan
mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.
6. Fungsi Menelan
Terdapat 3 (tiga)
kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu :
Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor
Faringeus Superior, M.
Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi
sepanjang kartilago
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke
atas menuju basis lidah,
kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan
faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke
saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan
penutupan laring oleh
epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam
papan penutup aditus
laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke
lateral menjauhi aditus
laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus
esofagus.
7. Fungsi Batuk.
Bentuk plika vokalis
palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan
secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring
dari ekspansi benda
asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau
iritasi pada mukosa
laring.
8. Fungsi Ekspektorasi
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar
berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.
9. Fungsi Emosi.
Perubahan emosi dapat
meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar